Followers

Saturday, January 17, 2009

BUMI LUKA

Gaza
bumi luka
tangis bergema
jerit menggetar rasa
Aku
berdiri di celah-celah resah warganya
merasai bahang panas
marak membakar pelusuk dada
dan melihat
asin airmata, darah melikat
menjadi tinta melakar seluruh rasa cuak
dendam yang melata
amarah yang meruah
bumi kering ini menjadi saksiTuhan
gugurnya mujahid .
Gaza bumi luka
ada pemiliknya.
DIA yang tidak pernah lena.
Indah Hairani

Wednesday, January 14, 2009

PETUALANG




Rakusnya
petualang di bumi ini
menyimbah hujan-hujan api
membakar bumbung-bumbung
menerjunkan peluru
memecahkan dinding batu
tanpa mengira waktu
lalu kemanusian bertukar menjadi binatang

Siapakah engkau yang alpa dengan kebesaran
dan janji-janjiNYA

Akan sampai saat itu
engkau rasai perit luka
yang engkau robekkan
tidak ada tempat bersembunyi dari mata TUHAN
dan tidak terhijab doa-doa dan rintih
berjuta teraniaya

Engkau akan tahu
sempitnya bumi ini yang dipijak
rendahnya langit yang dijunjung
langkahpun menjadi pendek
lalu engkau tersungkur dalam hina
dan duka yang lebih parah daripada itu.

Kerna TUHAN tidak pernah mungkir janji-janjiNYA.

Indah Hairani

Puisi : Dr. Lim Swee Tim menggegar perasaan

Salam pagi,
Saya masih lagi menjadi penginap sementara di kamar 4001 menikmati malam-malam yang berlatarkan bunyi ombak. Angin yang agak kencang sesekali menerjah menggegar sliding di sebelah saya. Semalam saya menjejaki Pantai Mak Nik ( Monica Bay ), melihat anak-anak bermain bola pantai di sepanjang pantai. Berkejaran riang dgn gelak ketawa sekalipun ombak agak besar berhampiran mereka. Betapa bahagianya mereka. Saya bahagia dan bersyukur melihat semua itu. Saya tinggalkan pantai dan anak-anak dengan kenangan.

Malam tadi saya tidur dengan lenanya, tanpa igau dan tanpa mimpi. Pagi saya bangkit dan segalanya berlangsung dengan damai sehingga saya mendengar Dr. Lim Swee Tim mendeklamasikan puisi di Tv3. Ketengan dan kedaimaian perasaan saya kembali terusik. Wajah anak-anak malang menerjah dalam pandangan. Puisi itu membuat hati saya bergetar. Keharuan memenuhi ruang dada saya. Sesungguhnya saya tidak mampu lagi melihat kesengsaraan saudara seagama saya di Palestine. Hanya doa-doa yang mampu saya titipkan buat mereka. Kepada semua pembaca, saya berharap kita tidak lokek untuk menadah tangan setiap selepas solat dan bila-bila masa sahaja.

Monday, January 12, 2009

4001 yang damai

Salam pagi buat pengunjung,
Malam tadi, saya bertukar kamar tidur ke INTAN Kemaman. 4001 room berhadapan Laut Cina Selatan. Jelas kedengaran debur ombak dan desir angin. Malam-malam dingin. Pada saya inilah peluang saya berkarya dalam suasana yang berbeda dari selalunya. Saya berdiri di coridor merenung laut lepas. Ingatan pada kejadian TSUNAMI di Acheh beberapa tahun yang lalu kembali terimbau. Ombak yang hanya setengah meter itu sudah cukup mengerunkan, bayangkan bagaimana ombak yang melebihi 5 meter? Namun kuasa ALLAH tidak tergapai oleh akal. Ombak dan ledakan mampu menggapai jauh ke pedalaman. Andai TUHAN ingin menduga hambaNYA, ia tidak kira di mana. Segala yang berlaku menterjemahkan segalanya. Kini kita semakin lupakan peristiwa ngeri itu. Perhatian dan fikiran kita tertumpu pada keganasan dan kemusnahan bumi Palestine. Aduhai sesungguhnya hanya ALLAH yang maha mengetahui rahsia di sebalik dugaan itu. Segalanya akan menjadi iktibar kita. Mudahan kita akan sentiasa dekat dengan ALLAH. salam hormat untuk semua. Wassalam.

Saturday, January 10, 2009

MEREKA MENCABARMU, TUHAN

Malam tadi, saya memasuki kamar lebih awal daripada biasa. Kesibukan siang dan ketidakcukupan malam-malam sebelumnya membuat saya mengambil keputusan untuk melunasi hutang tidur semenjak beberapa hari ini. Saya merebahkan badan, seperti biasa saya akan menarik selimut supaya menutup kedua hujung kaki. Saya memejamkan mata rapat-rapat.
Malam dirasakan sangat sepi. Tiada suara cengkerek yang berbunyi apalagi suara-suara unggas-unggas malam yang lain. Alangkah indahnya sepi ini. Sepi yang memungkinkan saya lena dengan selesanya. Mungkin saya antara yang bertuah, tinggal di kawasan yang jauh dari hiruk pikuk manusia dan deruman kenderaan. Jauh dari jerit pekik enjin motor mat-mat rempit. Lantas penginapan saya menjadi tempat yang paling sepi dan damai di dunia ini. ( telahan saya ) Namun tertanya meleset. Sepi malam itu tidak seperti apa yang saya anggapkan. Ingatan saya kembali tertancap pada berita-berita yang hangat kebelakangan ini. Kezaliman yahudi israel dan kesengsaraan warga Palestin. Ingatan saya turut berlari pada wajah anak-anak dan warga palestin yang malang. Bagaimana mereka mampu melelapkan mata dalam dentuman dan hujan-hujan peluru? Bagaimana mereka mampu menikmati tidur dalam jerit pekik suasana yang bingit? Bertilam dan berbantalkan apa mereka saat ini? Ya ALLAH saya terbayang wajah-wajah comel yang penuh dengan darah dan robek, dada-dada yang pecah. Zalimnya yahudi israel itu. Zalimnya bangsa-bangsa yang bersekongkol dengannya itu. Dalam kesepian malam itu, saya merayu pada ALLAH. TUHAN yang memiliki segala kekuatan di langit dan di bumi, TUHAN yang MAHA PENGASIH dan MAHA PENYAYANG berilah pembalasan pada kaum yang zalim itu. Kami sudah tidak sanggup lagi melihat saudara-saudara kami diperlakukan sezalim itu. Nyawa-nyawa saudara kami seperti tidak bernilai. Ya ALLAH mereka bermaharajalela, membakar rumah-rumahMU, membunuh para-para ambia dan pejuang-pejuangMU. Ya ALLAH sesungguhnya mereka mencabarMU. Ya ALLAH, dengar seluruh kerendahan hati, aku memohon padaMU, selamatkan saudara-saudara kami, selamatkanlah kami. Dan, kami juga sudah tidak sabar untuk melihat golongan-golongan yang angkuh itu diberi petunjuk, agar mereka menikmat dan merasai kesengsaraan yang mereka lakukan terhadap saudara-saudara kami.
Dengan sungguh-sungguh saya memohon pada ALLAH. SesungguhNYA kita tidak kuat menentang mereka tanpa bantuan ALLAH. Pembaca-pembaca yang saya kasihi, sama-samalah kita mendoakan untuk saudara dan anak-anak kita juga para pejuang agama. Sama-sama juga kita doakan agar roh-roh mereka yang terkorban dicucuri rahmatNYA. Amin.

Tuesday, January 6, 2009

PUISI DRS. EWA ERSIS ( IZINKAN SAYA DRS )

Salam pagi kepada pengunjung dan kepada Drs. Ersis pemilik puisi Anak Palestina. Saya tertarik pada puisi ini. Hati saya tertikam dengan bait-baitnya. Kerana itu saya 'mengambilnya' dan memaparkannya di blog saya untuk tatapan para pengunjung blog saya. Menghayati puisi ini membuat saya berfikir ttg banyak hal.

Saat saudara2 seagama kita bertarung dengan maut, manahan, sakit, lapar, dahaga, kesejukan, berjuang menentang kekejaman kaum kafir, kita masih mampu ketawa, bermewah, membuang makanan....

muhasabahkan diri kita..tahniah drs.



Anak Palestina6 January 2009 Ditulis oleh: EWA

Wajah-wajah itu, meringgis
wajah-wajah itu, membeku
anak-anak Palestina kita
merobek qalbu menikam duka ulu hati, pilu
kabut peluru punahkan
di jidatmu

Masih berhakah kita tertawa dalam bahak
memamah fasfood belalak mata melahap tayangan dusta
ketika hati dirampok injak
kesengsaraan abadi di kedungunan kisah
teriak, dan berteriaksampai ke neraka

Wahal angin nan lalu, gelombang ganas
bangunkan kami
tank-tank, Uzi, dan raunagan burung dara
ubur-ubur bila iman di dada
bangunkan kami dari lelap panjang

Hibahkan sajadahmu, wahai para pencinta
permadani surga menanti
hakmu dalam kewajiaban
karenaNya

Banjarbaru, 6 Januari 2008

Friday, January 2, 2009

DI MANA MATAHARI

Salam pagi...
Saya bangkit dan terus menguak langsir...titik-titik hujan kelihatan jatuh di jendela kaca..sendu. Di mana matahari? Saya rindu sinarnya...saya rindukan keindahan saat ia menyelinap jendela kaca saya. sept, oktober, november, disember dan kini january, suasana tetap sendu. Mentari seperti enggan menjengah. Bumi menangis? Bisik hati saya.Saya memejamkan mata sejenak. Menerokai senario dunia masakini. keganasan. kezaliman. kemaksiatan. Melata dan bermaharajalela. Akbar, koran, news dan berbagai nama dipenuhi dengan darah, pembunuhan, rogol, cabul. Di mana-mana. Tanpa mengira masa. Bukan sahaja di luar, malah di bumi tempat saya berdiri. Manusia telah hilang pertimbangan. Sehingga ada yang sanggup melempiaskan nafsu pada bayi dan anak-anak sendiri. Dan semalam saya dikejutkan dengan kisah remaja dan pelajar-pelajar yang semakin hilang nilai-nilai kemanusiaan. Guru ditolak berguling jatuh, diugut, dicalar kenderaan belum lagi disepak dan diterajang. Di mana tempatnya seorang guru di mata pelajar? Guru sudah tidak mampu mendidik dan membaiki kesilapan golongan seperti ini? Bayangkan apa yang bakal terjadi pada negara bila generasi-generasi yang tidak ada akal budi dan berbudaya samseng seperti ini menjadi pemimpin. Bayangkan! Apa yang bakal dicorakkan oleh pemimpin-pemimpin terhadap negara dan bumi tercinta ini.
Saya terkedu mengenangkan semua ini. Saya mula tidak hairan, kalau bumi ini menangis, bumi memuntahkan lahar-lahar api, mengocakkan dada laut, meruntuh bukit bukau dan gunung ganang. Malah tidak hairan jika Tuhan mula menarik sedikit demi menarik nikmat di bumi ini. Ya TUHAN.Ampunkan kami hamba-hamba yang alpa.
Terasa panas di kedua sudut mata saya. Saya meninggalkan jendela tanpa menguaknya dan saya masih mencari di mana matahari. Dan 2009 sembilan terselit mimpi saya untuk menikmati hidup di bumi ini dengan aman tanpa perang, tanpa maksiat dan kezaliman dan penghuninya menghargai nikmat yang diberi.

Thursday, January 1, 2009

2009 dan cabaran

Assalamualaikum
Salam dini hari,
salam pagi...
kita baru saja melangkah memasuki tahu baru 2009. Selamat tahu baru kepada semua. Mudah-mudahan 2009 membawa tuah buat kita semua. Sekalipun kita digembar gemburkan dengan cabaran kemelesetan ekonomi global, namun ia bukan alasan untuk kita cemas, risau dan menggelabah. Hadapi segalanya dengan tenang dan anggaplah ianya sebagai satu cabaran yang harus didepani dengan berani dan tabah. 2009 bukan jalan mati...jadi lihatlah 2009 dengan penuh positif.....selamat tahun baru 2009..