
Dekapkan telingamu
dengarlah dengan cermat
getar dan degup jantungku
ambillah sekeping kartu
dan sebatang pena
tulislah dengan hemat
setiap ungkap dan desis
yang kautafsir
Kirimkan padaku
ketika syuruk yang hening
atau saat mentari belum hangat
dan malam yang sangat larut
ketika rembulan berwajah bening
akan kubaca dengan cermat
catatan yang kau pahat.
Atau ..
Dengarlah dengan cermat
getar dan degup jantungku
dan bisiklah padaku
tanpa perlu pena dan kartu
tanpa menunggu syuruk
dan menunggu suam mentari
pun bening wajah rembulan
kerna aku tidak sabar mendengar
bahasa diamku yang kauucap.
8 comments:
ohhhh....terlalu indah puisi ini....rasa seperti diawang awangan bila hayatinya...seperti suara ikhlas indah yang datang dari hati....pasti untuk seseorangkan sajak ini....
Aduhai...
TUHAN yang MAHA MENGERTI..
Makaseh buat Haris...
puisimu indah tak pernah kontang dgn nada2 yg cukup indah...terasa segar bile membacanya..indahhhhh...
Salam buat sdr/sdri anonnymous..terima kasih atas penghargaan yg cukup tinggi...sy persembahkan kepada sesiapapun yang mencintai kosa kata saya....
ku kirimkannya... kau ucaplah dgn cermat...
Salam sdr. Haris Indera
Dengan pena kutulis serumpun kata diatas kartu mejaku
Semalam ketika larut bintang dan rembulan berwajah sepi
Aku dengar sesuatu dari bisik dadamu ditelingaku
Irama getar dan lagu jiwa jantungmu
tidak kurang indahnya...makaseh!
salam saudari Indah Hairani..
Kucuri pandang matamu
untuk ku erti cermat dengar mu
Agar engkau juga faham
tiap ungkap dan desis tafsirku
Moga lenyap segala sabar tunggumu
makaseh juga...
ney versus pada puisi H. Indera ker Indah..nak kata ada kompromi..???!!!
Terpaksa I click clack ke H. Indera dan I. Hairani beberapa kali.
Ermm nama pun akan2. H.I - I.H.[sejiwa di arena poem]
G ke Dyza's Dwelling, tengok kerja cikgu bertuah tu Indah - tak terkata I..
Post a Comment