Followers

Wednesday, March 10, 2010

Saya kembali tidak lagi nampak senyum itu seperti tangis.

Assalamualaikum…
Apabila perasaan bercelaru, semua jadi tidak kena. Nak senyumpun tak bersemangat, apa lagi ketawa. Malah tengok wajah senyumpun, nampak menangis. Demam sedikit dirasa sangat parah. Itulah yang saya alami semalam. Kenapa dengan saya ni….dalam kecelaruan, seorang sahabat dari jauh menghubungi saya. Kami bersembang panjang, bermula dari isu-isu penulisan hinggalah kepada isu-isu menyentuh kepada mengubah pemikiran dan kehidupan. Kata sahabat saya, kita mampu menjadi apa yang kita inginkan.
“Dengan syarat kamu memiliki kesungguhan dan keyakinan.” Katanya.
“Sekali kamu berdoa dan disusuli dengan seribu ribu kesungguhan dan keyakinan, adalah jauh lebih baik dari seribu doa dengan satu kesungguhan dan keyakinan.” Sambungnya lagi. Subhanallah…
Terpegun saya sejenak. Berbagai pertanyaan yang ingin saya ajukan. Namun saya tidak ingin pertanyaan saya membuat saya tertinggal setiap patah perkataan yang keluar dari percakapannya. Minda saya serasa terbuka, dada saya benar-benar lapang.
“Jangan pernah menyebut, Ah! Saya ini sakit, saya ini rungsing, saya ini begini, saya ini begitu.” Saya tersenyum. Itulah saya. Sakit hanya sedikit, malah sangat besar pada saya. Tangan yang luka sedikit, balutannya sudah cukup besar. Pernah saya ditanya bila jari saya berbalut. Dengan muka sedih memberitahu, tangan saya luka. Terkena pisau sewaktu memotong kertas di ofis tadi. Bila diminta untuk melihatnya, dengan penuh hati-hati saya membuka balutannya. Sehingga selesai luka saya tidak kelihatan. sakit juga sudah hilang bila lukanya tidak ternampak kesannya. Sedangkan sewaktu mengadu, saya masih terasa ngilu lukanya. Begitu kuatnya manipulasi fikiran…
“Kalau nanti, Indah beritahu pada sesiapa yang Indah temui, tentang sakit itu, ia semakin parah. Kalau aku, aku cuma diam dan membiarkannya. Akhirnya kesakitan itu dengan sendirinya akan hilang. Faham maksudku?”
“Ya..Ya..saya faham.” Jawab saya.
“Cuma agak sukar untuk saya menerangkan tetang apa yang saya fahami.” Kata saya seperti lagak seorang budak yang baru selesai bercakap dengan gurunya. Dia tertawa.
“Indah…Indah..dalam keadaan apapun, selagi kamu fahami. Itu sudah cukup memadai.”
“Kamu dengar baik-baik. Kalau kamu tidak mampu menjadi pembicara yang petah, cukuplah menjadi pendengar yang baik.”
Sepanjang mendengar percakapan sahabat itu, sudah banyak saya terpukul. Semuanya membuat saya berfikir banyak. Saya terlalu 'manja' dengan dugaan. Terima kasih buat sahabat saya. Saya perlu menjadi dewasa yang benar-benar dewasa.
Saya akan ingat sampai bila-bila.
Saya kembali tidak lagi nampak senyum itu seperti tangis.
Salam sayang buat semua.

No comments: