Pada remang senja berdarah
di atas tanah merah
kuletakkan jasad cinta
di tepi pusara
di bawah gerimis yang meluruh
ketika aku bersimpuh
ketika kutatap sengsaranya
airmataku menimpa
pada wajah yang bening
dan di atas bibir yang garing
telah pergi buat selamanya
meninggalkan setiaku yang dewasa
dan rindu-rindu yang melata
tidak akan kulihat lagi senyum
dan jeling mesranya
ketika menunggu
dan menghantarku
tidak akanku dengar lagi
zikir cinta kalimah rindunya
di telingaku.
Lalu ketika talkin dibaca
kubisikan dengan rawan
agar dia dengari
aku tidak ingin dia pergi
dan….
kuulangi berkali
7 comments:
Suara hati yang dapat kudengar jelas kesedihannya. Puisi yg berkesan dan berjaya menusuk hati pembaca. Tahniah Indah
di tanah yang masih merah
aku duduk dan bertafakur
berpayung seharum pohon kemboja
beralas setikar rumput yang gering
dengan guguran daun menyambut salam kedatangku
bertemankan nisan yang setia memahat rindu
air mata ku menimpa di celahan jari
Al-Fatihah...
ku kirimkan doa rindu itu
harap engkau mendengarnya
sejurus air mawar sebalang kaca
aku siramkan di pusara cinta itu
aku tinggalkan cerita itu bersemadi disitu
tetapi kenanganya aku ku bawa pergi bersama langkah pemergian ku
nanti aku datang lagi
menyambung rindu
hingga bertemumu di pintu surga..
Terima kasih tuan penabahari,
perpisahan sgt pahit...rindupun pahit...salam dari saya buat tuan penabahari.
Hari Indera,
mata penamu tajam menikam kalbu...salam karya dari saya..
bezz
Sudah saya posting
http://sastrasunser317.blogspot.com/2010/12/puisi-indah-hairani-latif.html
tersentuh.. terkelu.. dan terkaku...
Post a Comment